Earthvenger Heroes Story: Cerita Anak Kampung Madur Jaga Lingkungan

oleh: Rani Fatmawati (@ranifatmawati2) – Content Writer at Youth Team SociopreneurID

“Dampak yang besar berawal dari kebiasaan kecil.” Itulah kutipan yang diberikan Kak Bree sebagai pendamping anak-anak Kampung Madur.

Umumnya, orang tua dari anak-anak Kampung Madur merupakan petani. Rentang usia anak-anak yang Kak Bree dampingi berkisar dari 4-13 tahun dengan jumlah 50 orang. Selain belajar dan bermain bersama anak-anak, Kak Bree juga sibuk mengelola perkebunan rempahnya. Dengan pengetahuannya tersebut, anak-anak kerap diajarkan menanam tanaman sejak dini seperti sayuran dan hasil panen mereka pun dibawa pulang.

Tidak hanya tentang berkebun, Kak Bree menanamkan nilai-nilai untuk mencintai lingkungan kepada anak-anak. Selama pembelajaran, anak-anak diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya. “Kalau soal sampah anak-anak sekarang udah otomatis membuang ke tempatnya,” jawab Kak Bree. Mereka juga diberi keterampilan untuk mendaur ulang sampah yang tidak terpakai menjadi benda yang bermanfaat. Kak Bree juga mengajarkan membuat lahan hidroponik dari botol bekas. Kebiasaan- kebiasan mereka pun ternyata diikuti oleh kelompok Karang Taruna di mana mereka membuat program membersihkan sampah satu minggu sekali.

Sesekali, Kak Bree mengajak anak-anak Kampung Madur untuk mengeksplor tempat-tempat baru yang belum mereka kunjungi, seperti wisata alam dan air terjun. Terakhir tempat yang mereka kunjungi adalah Mesjid Al-Jabbar. “Jadi kalau kita pergi jalan-jalan, saya ajari untuk membawa kantong sampah. Biar bekas makanan atau minuman jajan mereka langsung dibuang ke kantong yang mereka bawa,” jelas Kak Bree. Bahkan, kunjungan anak-anak ke Kampung Madur ke Masjid Al-Jabbar memunculkan inisiatif anak-anak yang mengambil sampah di area dekat masjid.

Di satu kesempatan, Kak Bree juga mengajarkan membuat lilin dari minyak kelapa. Hal ini dilatarbelakangi karena kebanyakan rumah dari anak-anak Kampung Madur masih terbuat dari anyaman bambu. Mati listrik kerap sekali terjadi. Bila terus-menerus menggunakan lilin, hal ini bisa menimbulkan kebakaran. Pembuatan lilin dari minyak kelapa dengan sumbu tisu/kapas ini pun menjadi kebiasaan yang digunakan setiap rumah saat mati lampu.

Jadi, itulah beberapa kebiasaan yang diajarkan Kak Bree pada anak-anak Kampung Madur. Mungkin beberapa hal yang diajarkan Kak Bree menjadi hal biasa bagi beberapa orang. Namun, justru kebiasaan tersebut menjadi sangat luar biasa apabila diajarkan dan dibiasakan sejak dini oleh anak-anak. “Pokoknya semua kebiasaan itu dimulai dari diri kita dulu dan akhirnya anak-anak bisa sadar, lalu mengikutinya.” Ketika anak-anak sudah membiasakan kebiasakan untuk menjaga lingkungan, hal tersebut bisa berdampak besar bagi orang-orang sekitarnya dan akhirnya ikut menjaga lingkungan.

Spread the Kindness

No Comments

Post a Comment