Earthvenger Heroes Story: Menyulap Sampah Plastik Jadi Kerajinan Unik dan Menarik

oleh: Rani Fatmawati (@ranifatmawati2) – Content Writer at Youth Team SociopreneurID

Sampah plastik masih menjadi permasalahan global saat ini. Proses penguraiannya yang membutuhkan waktu lama berdampak pada kerusakan ekosistem baik di darat maupun di laut. Pemusnahan sampah plastik juga bisa menghasilkan gas beracun bagi manusia.

Mengetahui permasalahan tersebut, Sawokecik punya solusinya. Sawokecik merupakan sebuah usaha yang diinisiasi oleh sekelompok mahasiswa. Usaha yang dikelola merupakan produksi berbagai aksesoris dengan memanfaatkan limbah plastik, khususnya botol plastik dan kantong plastik. Ide usaha ini tercetus di tahun 2019, tetapi perlu berbagai riset sebelum benar-benar dilaksanakan. Pada akhirnya, produk yang rilis pertama adalah pada akhir tahun 2020.

“Ada empat proses pengolahan. Yang pertama itu kami meleburkan sampah tutup botol. Jadi sampah tutup botol itu kami cacah menjadi biji plastik, lalu kami panaskan dan cetak menjadi berbagai produk seperti casing HP, gelang, kalung, anting, gantungan kunci, dan sebagainya. Yang kedua dengan sistem dilukis. Yang ketiga kami panaskan dengan cara disetrika. Terus yang keempat kami olah dengan sistem tenun daur ulang sampah plastik. Sistem ini menjadi yang pertama di Indonesia terkait pengolahan sampah plastik menjadi kain tenun. Lalu kami aplikasikan ke pembuatan produk,” jelas Kak Andrey sebagai pengelola Sawokecik.

Sumber bahan baku yang digunakan didapatkan melalui kerja sama bersama masyarakat sekitar. Selain itu, Sawokecik juga mendapatkan donatur dari berbagai tempat yang menghubungi Sawokecik melalui media sosial. Karena sebenarnya, di kota-kota besar sudah mulai membiasakan memisahkan jenis-jenis sampah seperti sampah plastik, tetapi kebanyakan masyarakat masih kebingungan untuk menyalurkan sampah-sampah yang sudah dipilah tersebut. Akhirnya, melalui informasi media sosial, mereka bisa mengirimkan sampah-sampah plastik tersebut ke Sawokecik.

“Kami memberdayakan masyarakat yang ada di sekitar kami dalam proses penenunan, penjahiran, proses sterilisasi sampah, khususnya ibu-ibu yang ada di sekitar kami,” jawab Kak Andrey. “Selain pada proses produksi, Sawokecik saat ini juga mengembangkan bidang edu-ekowisata yang berbasis lingkungan. Jadi, kami berharap bisa menjadi tempat wisata, pelatihan atau pengenalan lingkungan.”

Kesulitan dalam segi informasi, biaya, pemasaran. Dalam segi informasi, di awal-awal berdirinya Sawokecik keterbatasan informasi bagaimana mengolah plastik menjadi sebuah produk, sehingga perlu riset yang cukup panjang serta keterbatasan dana untuk riset tersebut. Masih banyak orang yang berangapan bahwa produk daur ulang adalah produk yang tidak menarik untuk zaman sekarang. Jadi, Sawokecik juga saat ini fokus untuk mengembangkan trend fashion baru, sehingga produk Sawokecik bisa digunakan sehari-hari dan tidak malu menggunakannya.

Saat ini, tim inti Sawokecik hanya sendiri karena kesibukan masing-masing dari para founder-nya terdahulu. Namun, Andrey memilih untuk mempertahankan usahanya ini walaupun tim inti hanya tersisa dirinya sendiri. “Dari awal karena saya basic-nya melakukan kewirausahaan. Jadinya sebelum ada Sawokecik ini juga, saya pernah berwirausaha. Alasan saya bertahan karena bisnis ini berpotensi karena saat ini mulai banyak orang fokus untuk melakukan pengolahan sampah karena semakin banyak permasalahan yang timbul dari sampah. Contohnya pemerintah saat ini mulai peduli ataupun mulai fokus mengatasi permasalahan sampah. Kemungkinan ke depannya, bisnis yang berkembang di bidang ecofriendly ini bisa berkembang. Karena hal itu, kami terus berinovasi, sehingga produk yang kami buat pun bertambah. Yang awalnya hanya casing HP, sekarang bertambah produk-produk lainnya. Selain itu juga, dengan berinovasi, kami menemukan teknik baru yaitu tenun daur ulang sampah plastik. “

Harapannya, sesuai nama Sawokecik berasal dari bahasa sansakerta yang dimaknai selalu membawa kebaikan. Harapan Andrey, usaha ini bisa membawa kebaikan pada masyarakat dan lingkungan serta mengurangi sampah-sampah di lingkungan dan memberdayakan masyarakat di sekitar.

“Saat ini Indonesia menjadi Negara penghasil sampah kedua di dunia. Oleh karena itu, perlu peran semua orang, tidak hanya pemerintah, tidak hanya lembaga, tidak hanya organisasi, tetapi semua orang untuk menjaga lingkungan dari mulai diri sendiri. Dengan semua orang berperan menjaga lingkunga, diharapkan generasi selanjutnya menikmati hasil dari menjaga lingkungan tersebut,” pesan Andrey di akhir sesi wawancara.

Spread the Kindness

No Comments

Post a Comment