Earthvenger Heroes Story: Inisiasi Komunitas Kamar Ijo Menanam 1000 Mangrove

oleh: Rani Fatmawati (@ranifatmawati2) – Content Writer at Youth Team SociopreneurID

“Melalui kolaborasi tercipta inisiasi.”

Itulah kutipan yang tepat bagi komunitas Kamar Ijo yang memiliki fokus pada isu SDGs. Komunitas ini terbentuk dari keresahan dua orang perempuan terhadap isu lingkungan, yaitu Kak Yeni dan Kak Osmaleli. Walau memiliki latar belakang kesibukan yang berbeda keduanya memiliki satu visi yang sama, yaitu bagaimana menciptakan dampak perubahan terhadap lingkungan.

Komunitas Kamar Ijo baru terbentuk di tahun 2023, tetapi sudah membentuk beragam kolaborasi bersama beberapa pihak. Tujuan dari komunitas ini ialah mengakselarasi kegiatan SDGs. Program utama dari Kamar Ijo terbagi menjadi dua, di lapangan dan lewat daring.

Program daring biasanya berbentuk webinar series bersama tokoh-tokoh insipiratif yang sudah memiliki lebih banyak pengalaman terkait kontribusinya terhadap lingkungan. Sementara itu, program lapangan masih terbatas pada beberapa domisili dan kegiatan pertama yang pernah dilakukan, ialah penanaman mangrove. Sebagai komunitas baru, banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti waktu, menjaga komitmen, pencarian dana, dan sebagaimanya.

Salah satu gerakan unggulan yang dilakukan atas kerja sama berbagai stakeholder, di antaranya adalah penanaman 1000 tanaman bakau di Pulau Pari. Bakau sendiri memiliki beberapa manfaat, di antaranya mencegah tsunami, tempat tumbuh ikan, bisa diolah menjadi berbagai kerajinan, dan lain sebagainya.

Awalnya, untuk melaksanakan penanaman 1000 mangrove, Kak Yeni dan Kak Osmaleli memiliki kendala dalam pendanaan, Padahal, proposal sudah disebar ke beberapa lembaga. Namun, belum ada yang memberikan respons positif terkait pemberian bantuan pada program tersebut. Maka dari itu, melalui koneksi yang dimiliki, Kak Osma berhasil mendapatkan pendanaan dari Dinas Kelautan dan Perairan Kota Jakarta.

Gerakan menanam 1000 bakau tersebut merupakan inisiasi dari Komunitas Kamar Ijo dan dibantu oleh mahasiswa pascasarjana Ekonomi Kelautan Tropika IPB University. Komunitas Perempuan Pulau Pari, dan disponsori oleh Dinas Kelautan dan Perairan Kota Jakarta. “Kita juga memberikan ruang yang besar untuk masyarakat di Pulau Pari agar saat mangrove nya sudah besar, tidak hanya manfaat ekologi yang bisa diperoleh, melainkan mereka juga harus mempunyai skill untuk mengelola mangrove nya sebagai oleh-oleh sehingga sekaligus bisa memberdayakan perempuan-perempuan di Pulau Pari,” jelas Kak Osma.

Setelah keberhasilan di Pulau Pari, Komunitas Kamar Ijo berharap bisa melaksanakan kegiatan serupa di tempat lain, terutama di luar Jakarta yang mana pantainya masih belum dimanfaatkan secara maksimal.  

“Aku harap dari komunitas ini memiliki dampak lebih luas dan bisa memberikan penyebaran informasi SDGs yang bisa menjangkau lebih banyak kalangan. Karena SDGs ini penting, tidak hanya membahas terkait lingkungan,” jelas Kak Yeni.

Spread the Kindness

No Comments

Post a Comment