Ngaruwat Bumi: Budaya Masyarakat Kampung Banceuy Melestarikan Lingkungan

oleh: Donia Helena Samosir (@doniahelena) dan Rani Fatmawati (@ranifatmawati2) – Content Writer at Youth Team SociopreneurID

Kampung Adat Banceuy merupakan sebuah pemukiman masyarakat adat yang terletak di Desa Sanca, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang. Kampung Adat Banceuy merupakan kampung adat yang “dibentuk” untuk dibina dalam mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal. Sebutan “Banceuy” sendiri berangkat dari kata “Ngebanceuy” yang berarti musyawarah. Hal ini dimaksudkan agar masyarakatnya saling mendengarkan dan gotong-royong.

Sejak dibentuknya Kampung Adat Banceuy, masyarakat dibina untuk mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal, seperti melestarikan ritual-ritual adat yang bersifat turun-temurun, salah satunya Ruwatan Bumi. Ruwatan Bumi atau Ngaruwat Bumi merupakan tradisi rutin yang dilaksanakan oleh Masyarakat Kampung Banceuy dalam melestarikan lingkungan. Ritual ini dilakukan sebagai rasa syukur kepada sang pencipta dan ditujukan agar panen yang akan datang diberikan hasil panen yang meningkat dan juga kesuburan lahan.

Melalui budaya Ngaruwat Bumi, Masyarakat Kampung Banceuy melakukan ritual adat setelah panen seperti mapag cai (mengolah sawah sebelum menyemai benih), mitembeyan (upacara sebelum menebar benij), netepken (menetapkan niat), dan nganyaran (mencicipi hasil panen). Semua ritual tersebut dilakukan untuk menghargai padi. Bagi Masyarakat Kampung Banceuy, padi merupakan benda suci dan untuk mendapatkannya harus melalui ritual-ritual khusus, hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Sri dan dewa-dewi suci lainnya di khayangan.

Padi yang sangat dihargai oleh Masyarakat Kampung Banceuy merupakan upaya masyarakat setempat melestarikan lingkungan. Masyarakat Kampung Banceuy percaya bahwa setiap hal yang dihaasilkan alam merupakan pemberian dari leluhur dan makhluk ghaib. Mitos-mitos serupa tersebut terus dijaga untuk melestarikan lingkungan – agar tidak ada yang merusak hutan, gunung, dan sawah. Makna dari Tradisi Ngaruwat Bumi yang dilakukan oleh Masyarakat Kampung Banceuy tentu dapat kita maknai, tiru, dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tradisi Ngaruwat Bumi yang sangat menjaga kelestarian alam dengan menghargai setiap pemberian alam, maknanya tentu dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Padi yang dianggap sangat suci oleh Masyarakat Kampung Banceuy dan diperlakukan sangat baik, seharusnya dilakukan oleh kita semua di masa sekarang. Menghargai setiap makanan – padi dan makanan lainnya – yang memberikan kita kehidupan dengan mengurangi food waste.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), food waste berarti sebuah tindakan membuang hasil produksi pangan baik karena penurunan kualitas pangan, maupun karena penurunan kuantitas ritel, penyedia makanan, dan konsumen. FAO menyebutkan bahwa sepertiga dari seluruh produksi pangan di dunia harus terbuang setiap tahunnya – dengan rumah tangga sebagai penyumbang terbesar dari food waste dunia.

Padahal dengan fakta tersebut, di saat yang sama ada 768 juta orang kelaparan di seluruh dunia. Selain melukai kehidupan sosial, food waste juga melukai lingkungan. Food waste menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara di saat yang bersamaan. Emisi gas yang dibuang oleh sampah makanan juga menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. Food waste merupakan fenomena yang sangat merugikan kehidupan manusia.

Food waste tentu dapat dikurangi dengan cara-cara tertentu, diantaranya: 1) Menyadari bahwa makanan adalah berkat dan bersikap menghargai makanan, seperti yang dilakukan oleh Masyarakat Kampung Banceuy, 2) Memilih makanan dengan bijak dan mindful, sehingga tidak ada makanan yang terbuang, 3) Membagikan kelebihan makanan kepada orang lain – terutama orang-orang yang membutuhkan, 4) Mendaur ulang sisa makanan menjadi sesuatu yang berguna, seperti pakan ternak dan kompos agar tidak terbuang sia-sia.

Menjaga hubungan baik dengan alam berarti menghargai setiap hal yang diberikan oleh alam kepada kita dan menjaga kelestarian alam sebagai timbal baliknya. Dengan tidak membuang makanan berarti kita telah turut mensyukuri berkat Tuhan dan menjaga lingkungan. Sociopreneur Indonesia turut mendukung hal ini melalui Gerakan Earthvenger. Dengan menyebarkan pesan baik bahwa food waste adalah wujud ketidakadilan bagi lingkungan, Sociopreneur Indonesia mengajak kita semua untuk mengampanyekan pesan ini ke lebih banyak orang, dan membawa lebih banyak orang menjadi Earthvenger Hero!

Spread the Kindness

No Comments

Post a Comment