oleh: Donia Helena Samosir (@doniahelena) dan Rani Fatmawati (@ranifatmawati2) – Content Writer at Youth Team SociopreneurID
Kata mereka, “perempuan adalah kontributor sampah bagi bumi”.
Stigma terkait perempuan sebagai penyumbang sampah terbesar di bumi sudah umum terdengar di manapun, tak jarang stigma ini membuat orang-orang menilai negatif seorang perempuan. Stigma yang ada di tengah masyarakat terbagi menjadi dua hal, yakni stigma terkait menstruasi dan sampah yang dihasilkan ketika perempuan tengah menstruasi. Di Jambi, misalnya, perempuan akan langsung membuang sampah pembalut sekali pakainya ke sungai – tanpa diolah terlebih dahulu – karena takut dan malu apabila kedapatan oleh masyarakat sedang menstruasi. Menstruasi merupakan hal yang tabu dan dianggap sebagai kejadian yang negatif dalam diri perempuan oleh masyarakat setempat. Selain itu, stigma itu muncul karena pembalut yang digunakan perempuan ketika menstruasi ternyata menumpuk di tempat pembuangan akhir. Bahannya yang memiliki unsur dari plastik sulit terturai di alam.
Pembalut sekali pakai yang banyak dipakai masyarakat terbuat dari plastik, kapas, dan benang. Sehingga jika penggunaannya terlalu lama, dapat menumbulkan iritasi dan penyakit lainnya. Setiap perempuan ketika menstruasi sebaiknya mengganti pembalut setiap empat jam sekali. Bila satu perempuan mengalami fase tersebut dalam 7 hari, akan menghasilkan tumpukan sampah pembalut. Belum lagi, siklus tersebut terjadi 28 hari sekali. Tak heran, banyak orang yang memiliki stigma yang telah disebutkan di atas.
Namun, bukan keinginan perempuan untuk menghasilkan banyak sampah, khususnya pembalut bekas pakai. Seperti dalam diskusi bersama Mbak Ani selaku founder Biyung Indonesia yang menjadi narasumber Instagram Live bersama Sociopreneur Indonesia pada tanggal 11 Maret 2022, beliau menjelaskan bahwa perempuan memiliki kondisi ‘terpaksa’. Terpaksa menggunakan pembalut sekali pakai dan akhirnya menjadi tumpukan sampah. Mereka tidak punya pilihan lain karena memang masih kurangnya edukasi tentang alternatif lain selain pembalut sekali pakai.
Di tengah kondisi tersebut, Biyung mengembangkan usaha membuat pembalut kain sebagai upaya mengampanyekan gerakan menjaga lingkungan. Pembalut sekali pakai memiliki efek samping, seperti gatal hingga iritasi. Dengan berpindah pada pembalut kain, selain ikut berkontribusi menjaga lingkungan, perempuan juga bisa menjaga kesehatannya. Belum lagi, dengan menggunakan pembalut kain, perempuan bisa menghemat pengeluaran yang bisa dialihkan untuk kebutuhan lainnya.
Pembalut yang dijual oleh Biyung Indonesia pun memiliki nilai sosial. Selain pembalut kain yang dibuat langsung oleh perempuan, bungkusnya yang berbahan bambu pun merupakan hasil karya kelompok perempuan Desa Wadas, Provinsi Jawa Tengah. Yang berarti bisa sekaligus mendukung para perempuan untuk senantiasa terus produktif.
Selain hal tersebut, sebagian dari hasil penjualan pembalut kain ini dikumpulkan untuk pengadaan pembalut kain bagi kelompok perempuan yang memiliki keterbatasan ekonomi untuk membelinya. Sehingga dari pendapatan tersebut, Biyung Indonesia mampu menjangkau lebih banyak lagi perempuan untuk ikut menjaga alam dengan memakai pembalut kain. Melalui gerakan ini, Biyung Indonesia percaya bahwa stigma perempuan menjadi penyumbang sampah terbesar bisa terkikis dengan kesadaran setiap perempuan yang turut menjaga alam.
Mbak Ani berpesan, “sudah saatnya perempuan punya pilihan yang baik untuk dirinya sendiri maupun untuk alam. Hal ini dimulai dari kesadaran dan kemauan diri sendiri untuk memilih pembalut kain yang tidak sekali pakai”. Pesan baik ini dapat kita contoh untuk mendukung kelestarian alam jangka panjang. Gerakan pembalut kain ini tentu sejalan dengan misi Sociopreneur Indonesia dalam menjaga bumi untuk keberlangsungan hidup manusia yang lebih baik.
Sociopreneur Indonesia dengan senang hati menyambut Mbak Ani dan semua pekerja yang terlibat dalam pembuatan pembalut kain sebagai Earthvenger Heroes. Sociopreneur Indonesia yakin bahwa gerakan pembalut kain ini akan memiliki dampak jangka panjang bagi kehidupan manusia kelak dan kelestarian alam. Tentunya, kita semua juga bisa menjadi Earthvenger Hero dengan versi kita masing-masing. Lantas, apa aksi yang kamu miliki untuk menjaga bumi ini? Bagikan aksimu bersama kami dan jadilah Earthvenger Hero dengan mengikuti tahapan sederhana berikut ini:
- Upload foto dan/atau video aksi jaga lingkungan yang kamu lakukan untuk lingkungan sekitarmu;
- Sertakan cerita pada caption tentang penjelasan aksi jaga lingkungan yang kamu lakukan dan mengapa menurutmu aksi ini penting untuk dilakukan;
- Berikan tagar #IAmAnEarthvenger dan #EmpathyProject2022 dalam posting-an mu!;
- Tandai Instagram dan/atau Facebook @sociopreneurid dan lima orang temanmu. Jangan mengunci akun media sosialmu, ya, agar kami dapat melihat dan me-repost cerita aksimu!
No Comments