Hari Batik Nasional 2021: Batik dan Karakteristik Entrepreneur

Setiap tanggal 2 Oktober, Indonesia merayakan Hari Batik Nasional. Dikutip dari Kompas, Hari Batik Nasional ditetapkan oleh UNESCO yang menjadikan batik sebagai warisan budaya tak benda. Dengan adanya pengakuan internasional ini, maka kita bertanggung jawab untuk terus melestarikan batik. Sejak zaman Presiden Soeharto, batik sudah gencar dikenalkan ke dunia sebagai identitas dari Bangsa Indonesia. Setiap kunjungan kenegaraan, Presiden Soeharto selalu mengenakan dan membawa batik sebagai buah tangan dari Indonesia.

Bagaimana tidak menjadi kekhasan Indonesia? Di setiap daerah di Indonesia, batik memiliki motif yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kearifan lokal, nilai-nilai yang dianut, dan seni masing-masing daerah. Keragaman yang tercipta menjadikan setiap daerah memiliki keunikan tersendiri yang harus dilestarikan.

Tahun ini, SociopreneurID merayakan Hari Batik Nasional dengan terlibat dalam Webinar Nasional GEDE 7th Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPNVY). Meskipun tidak secara spesifik memeringati Hari Batik Nasional di sana, namun semangat dan nilai-nilai yang disampaikan melalui webinar nasional tersebut relevan dengan nilai-nilai yang disampaikan oleh perayaan Hari Batik Nasional.

Pelaksanaan Webinar Nasional GEDE yang ke-7 ini mengangkat tema “Sociopreneur’s Roles: How to Earn Money, Empower Society, and Achieve Sustainable Development Goals.” Founder dan Executive Director SociopreneurID, Dessy Aliandrina, menjadi narasumber pertama dalam webinar nasional ini. Dalam paparannya, beliau menekankan bahwa yang membedakan individu sebagai entrepreneur/social entrepreneur yang sukses atau tidak adalah melalui karakteristik yang dimiliki.

Dessy kembali menerangkan penelitian Prof. Dijkhuizen tentang Entrepreneurial Genes, tiga diantara entrepreneurial genes yang telah disusun menjadi karakteristik dominan yang harus dimiliki seorang entrepreneur yaitu visi yang besar, keberanian untuk mencapainya, dan ketekunan dalam prosesnya. Melalui pemahaman karakteristik ini, individu yang memilih untuk menjadi entrepreneur/social entrepreneur akan memahami dirinya, menetapkan tujuannya di masa depan, melakukan refleksi terhadap perjalanan yang telah ia lalui, dan terus berjuang walau jalanan yang dilalui penuh dengan tantangan, akan membuat seseorang “improve over time.”

Proses yang akan dilalui sepanjang perjalanan hingga mencapai apa yang diinginkan akan membentuk intellectual maturity (wisdom). Tentunya hal ini akan memperkuat identitasnyatanpa harus mengubah dirinya. Karakter yang kuat ini menjadi modal untuk bisa bertahan dalam situasi dan perubahan apapun yang terjadi secara cepat di mana saja.

Nilai inilah yang terkandung dalam batik. Jika kita telusuri, praktik membatik ternyata sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Kita beruntung, batik masih dapat dilestarikan sedemikian rupa hingga menjadi warisan budaya yang diakui oleh dunia. Perjalanan batik untuk sampai menjadi identitas Bangsa Indonesia sudah dimulai sejak dulu, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Setiap motif dan pola pada batik melambangkan nilai-nilai leluhur yang arif dan bijaksana. Nilai-nilai tersebut tentunya tidak datang begitu saja, leluhur kita melalui perjalanan yang panjang untuk dapat merefleksikan nilai-nilai tersebut, melalui sejumlah tantangan kehidupan hingga akhirnya melahirkan refleksi dari kejadian yang ada dan interpretasinya dituangkan menjadi sebuah motif.

Hari Batik Nasional sekiranya tidak hanya menjadi perayaan, namun menjadi refleksi bagi kita bersama. Tentang nilai-nilai leluhur yang diwariskan kepada kita dan apa yang dapat kita lakukan untuk melestarikan nilai-nilai tersebut. Jika di dalam ilmu entrepreneurship dikenal sebuah karakteristik entrepreneur/entrepreneurial genes, maka batik ibarat sebuah simbol yang membentuk seseorang dengan pengalamannya, pengetahuannya, karakteristik dan nilai-nilai yang ia miliki.

Selamat Hari Batik Nasional!

Spread the Kindness