Dalam rangka memeringati Hari Anak Nasional bulan lalu, SociopreneurID Publishing mengangkat salah satu cerita dan pengalaman di balik pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pada tulisan tersebut, salah seorang guru di sebuah sekolah swasta di Padang menceritakan pengalamannya menyikapi proses pembelajaran daring yang rentan memicu rasa jenuh jika siswa tidak diberikan variasi selama pembelajaran.
Selain itu, minimnya interaksi fisik dan interaksi secara langsung, terkadang memicu miskomunikasi antara guru dengan siswa. Belum lagi jika orang tua terlibat dalam prosesnya. Cerita-cerita dari pelaksanaan PJJ ini masih menjadi salah satu isu hangat untuk dibahas, terutama di Indonesia. Mulai dari adaptasi guru dan orang tua terkait teknologi penunjang sarana pembelajaran siswa, variasi materi ajar yang harus disiapkan oleh guru, hingga tips dan trik menjaga atensi siswa selama proses PJJ berlangsung.
Menyikapi tantangan-tantangan ini, sejak bulan April 2021, SociopreneurID terlibat dalam rangkaian capacity building untuk guru-guru SMP dari sekolah interfaith di Kota Padang. Program ini merupakan kerja sama oleh SDGs Center Universitas Andalas, Padang dengan GIZ-Jerman. Melalui program inilah, kami turut merespon fenomena PJJ di tengah pandemi Covid-19, dengan ikut memberikan mengidentifikasi, mengobservasi tantangan serta peluang, dan mencari best-practice yang dapat diterapkan oleh sekolah-sekolah yang menerapkan PJJ hingga hari ini.
Keterlibatan sudah kami mulai sejak awal tahun 2021 dengan memberikan pelatihan terhadap guru-guru sekolah interfaith di Kota Padang. Minggu ini, kegiatan berfokus pada “Monitoring the Implementation of New Distance Learning” adalah mengumpulkan dan menganalisis pelaksanaan proses PJJ yang telah diterapkan di sekolah-sekolah, khususnya yang berada dibawah lembaga keagamaan di kota Padang selama masa pandemic Covid 19. Melalui fokus ini, hasil pengamatan yang sudah dianalisis dapat menjadi acuan untuk perbaikan dalam menjalankan proses pembelajaran ke depannya. Kegiatan ini telah menjaring 20 sekolah tingkat SMP dan sederajat yang dinaungi oleh lembaga keagamaan yang tersebar di kota Padang dan dari luar Padang.
“Meskipun kegiatan ini dirancang untuk sekolah-sekolah di bawah lembaga keagamaan, namun kemungkinan berbagi penemuan dan pembelajaran yang kami dapatkan ke sekolah-sekolah lainnya di Indonesia akan dilakukan dalam waktu dekat” ujar Prof. Elfindri selaku Kepala SDGs Center Universitas Andalas.
Melalui keterlibatan kami sejauh ini, kami mengidentifikasi tantangan utama pada guru dalam penyajian materi yang dapat membangun partisipasi siswa. Pemanfaatan fitur daring nomor dua, sebab sekolah-sekolah sudah memiliki platform pembelajarannya sendiri untuk PJJ, tinggal memaksimalkannya saja. Executive director SociopreneurID, Dessy Aliandrina, berbagi cara membangun narasi yang sesuai dengan materi ajar. Dessy mengajak guru-guru untuk menjelajah gamifikasi sebagai metode pengajaran yang mampu membangun antusiasme siswa selama PJJ berlangsung.
Dimulai dari contoh-contoh sederhana dan dari hal-hal yang dekat dengan siswa, misalnya, pada pelajaran peluang di Matematika, guru dapat menggunakan permainan “padu padan.” Siswa diminta untuk melihat lemari pakaiannya, menghitung berapa pasang atasan dan bawahan yang mereka miliki, dan kemudian menghitung peluang padu padan dari pakaian yang mereka miliki. Contoh lain untuk pelajaran Sejarah, guru dapat menyiapkan narasi permainan “memecahkan misteri” yang mengajak siswa untuk memecahkan klu-klu berkaitan dengan kejadian atau figur-figur dalam pelajaran sejarah.
Tindak lanjut dari sesi yang dipaparkan waktu itu, sudah ada sekolah yang menerapkan PJJ dengan memadukan alat dan bahan sederhana yang harus disiapkan sendiri oleh masing-masing siswa dengan slide materi ajar yang interaktif. Bapak Afrizaldo, contohnya, seorang guru Matematika di SMP IT Ar-Royyan Padang yang meminta siswa untuk membawa koin/batu/kelereng/biji congklak saat kelas berlangsung. Ternyata benda-benda tersebut digunakan oleh siswa untuk dapat memahami materi Deret Bilangan. Dipadu dengan slide yang interaktif (gambar dan animasi sederhana dari flash)dan instruksi dari Pak Afrizaldo yang jelas, kami mengamati antusiasme dari para siswa. Tidak hanya sekadar menjawab pertanyaan yang diberikan, siswa juga terlihat antusias menunjukkan hasil pekerjaan mereka kepada teman-temannya.
Untuk menguji pemahaman siswa di hari itu, Bapak Afrizaldo membuat kuis-kuis menggunakan platform umum yang dapat diakses dengan mudah dan gratis oleh setiap orang. Metode ini juga mampu meningkatkan interaksi dan ketertarikan siswa dalam mengikuti PJJ. Alhasil, tanpa harus diinstruksikan, siswa melontarkan sejumlah pertanyaan yang relevan dengan materi ajar. Guru juga menyediakan jadwal di luar sesi PJJ bagi siswa yang masih ingin bertanya-tanya seputar materi. Inilah yang kami lihat sebagai peluang dari PJJ saat ini.
Di saat guru dan siswa terpaut oleh jarak secara fisik, informasi dan teknologi yang berkembang dengan cepat dapat menjadi “teman” yang mendekatkan satu sama lain. Guru kini tak hanya bertugas untuk menyampaikan materi ajar, namun menjadi fasilitator berbagi, bermain, dan bercerita yang menjawab rasa haus dan penasaran dari para siswa. Interaksi yang terbangun menerobos rasa jenuh dan khawatir terlebih di masa pandemi ini. Dan di sinilah, wellness bagi kedua belah pihak meningkat.