Beberapa hari lalu, saya berbincang-bincang dengan salah satu guru SD saya. Beliau merupakan guru Bahasa Inggris semasa saya SD dan merupakan salah satu sosok inspiratif yang mendorong saya untuk mempelajari bahasa asing. Saya dan teman-teman memanggil beliau Teacher Yati. Beliau sudah mengajar di sekolah saya selama 15 tahun! Memikirkannya saja sudah membuat saya merasa tua… 😂
Dari perbincangan kami, Teacher Yati ternyata kini fokus mengajar SMP kelas VII. Di samping itu, beliau menjadi Koordinator Kesiswaan Yayasan dan aktif mendampingi kegiatan-kegiatan siswa. Semenjak pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia tahun lalu, saya kembali terhubung dengan Teacher Yati. Beliau mengundang saya untuk hadir pada beberapa acara virtual sebagai alumni. Teacher Yati juga cukup aktif memanfaatkan platform Instagram selama masa pandemic. Bagi anak-anak yang mengikuti kelas beliau, Instagram kini tidak hanya menjadi wadah entertainment, namun juga edukasi.
Satu tahun berlalu, semangat Teacher Yati masih sama. Bahkan saat ini, beliau telah memiliki sejumlah segmen pada akun Instagram pribadinya yang dapat ditonton publik baik itu berkaitan dengan pendidikan, kepemimpinan, self-growth, dan masih banyak lainnya. Melihat semangat beliau, tentu saja saya penasaran untuk mendengar cerita beliau tentang banyak hal di balik inisiatif tersebut.
Teacher Yati memulai ceritanya dengan bagaimana beliau menyikapi pembelajaran daring. “Kalau versi Teacher, ya… Teacher menyiapkan materi pelajaran sebaik mungkin, kemudian mengemasnya dalam bentuk permainan. Nah, selain itu, Teacher juga menyiapkan ice breaking agar siswa tidak jenuh belajar selama PBM daring ini.”
“Ice breaking yang disediakan itu juga dikaitkan dengan materi yang akan diajar dan sejauh yang Teacher jalani, mereka sangat tertarik dengan ice breaking yang disiapkan untuk mereka. Alhasil, mereka tidak hanya melulu duduk melihat monitor, tetapi mau tidak mau harus bergerak.” Tambahnya.
“Lalu bagaimana dampaknya kepada materi ajar yang diberikan? Apakah anak-anak tetap bisa menerima materinya dengan baik, ‘Cher?” Tanya saya, penasaran. Sebab bagi angkatan saya, hal ini belum pernah kami rasakan.
“Nah.. Justru ice breaking yang sudah dimasukkan dalam materi ajar ini menambah antusiasme mereka dalam mengikuti pembelajaran, Dhea. Sepanjang kelas, mereka tidak hanya duduk mendengarkan apa perintah dari Ice Breaking atau game diberikan, tetapi mereka sudah stand by untuk kejutan-kejutan yang akan mereka dapatkan.. Dan semuanya jadi menyalakan kamera! Kemudian, tanpa mereka sadari, saat mereka bermain, mereka sudah mempelajari materi untuk hari itu dan di akhir pertemuan, mereka diminta untuk menyimpulkan, kira-kira apa saja materi ajar yang sudah mereka dapatkan hari itu.”
Seru sekali mendengarkan Teacher Yati yang lanjut menceritakan contoh penerapannya. Metode ini ternyata tidak hanya diterapkan dalam pelajaran Bahasa Inggris saja, tapi juga untuk pelajaran-pelajaran lainnya. Lantas, apa tantangan umum yang dihadapi pengajar saat ini?
“Tantangannya.. Bagi Teacher, pengajar harus bisa membuat anak yang biasanya pendiam jadi ikut aktif bergerak dan mengikuti metode pelajaran yang disampaikan. Kalau bagi pengajar secara umumnya, pengajar harus mampu membuat dan menyampaikan materi sekreatif mungkin, sehingga, siswa tidak jenuh. Jadi, memang sekarang pengajar harus mampu berpikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan media pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.” Kata Teacher Yati.
Beliau kemudian mengaitkannya dengan situasi saat ini. Di tengah semua yang serba tidak pasti, ternyata metode belajar kreatif ini bisa membantu menghadapi tantangan yang kita hadapi bersama. Semua orang yang terlibat dalam proses belajar yang menyenangkan otomatis menjadi happy. Penatnya seorang pengajar pun terobati dengan antusiasme siswa dalam kelas.
“Menurut Teacher, dengan pembelajaran yang kreatif, otomatis tidak membuat siswa merasa tertekan dengan kondisi yang ada saat ini, tidak membuat mereka merasa bosan atau jenuh, sehingga, ada kebahagiaan tersendiri yang mereka rasakan ketika mengikuti sistem pembelajaran yang kreatif tersebut. Kalau mereka menikmati prosesnya, berarti mereka bahagia..”
“…dan sebenarnya, situasi ini justru membuat kita berpikir kreatif untuk dapat beradaptasi. Mau nggak mau, karena kalau tidak proses belajar mengajar tidak berjalan seperti yang kita harapkan.” Sambungnya.
Pada hari Jumat tanggal 23 Juli 2021, kita memeringati Hari Anak Nasional. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia mengangkat tema tahun ini “Anak Terlindungi, Indonesia Maju.” Memeringati momen inilah, saya ingin menyebar luaskan cerita di balik kelas daring ini. Sekaligus untuk menebar semangat kepada para pengajar dan pendidik lainnya di Indonesia yang berdedikasi melindungi generasi emas Indonesia melalui pendidikan, mendorong mereka untuk menjadi siswa-siswi yang kreatif, inovatif, dan berbudi luhur kepada sekitarnya dan Bangsa.
Teacher Yati adalah salah satu pejuang pendidikan yang hingga hari ini masih mendedikasikan hari-harinya untuk anak didiknya. Tentu beliau berharap untuk bisa saling berkolaborasi dan bekerja dengan pengajar lainnya dan memajukan pendidikan di Indonesia. Tak hanya dengan sesama pengajar, kolaborasi antar orang tua dengan pengajar pun juga dibutuhkan. Agar lingkungan belajar anak terlindungi dan kondusif untuk Indonesia yang lebih maju.
Selamat Hari Anak Nasional!