oleh: Rani Fatmawati (@ranifatmawati2) – Content Writer at Youth Team SociopreneurID
Media sosial bisa menjadi media untuk berbuat kebaikan. Itulah yang dilakukan oleh Shafa yang merupakan mahasiswi jurusan psikologi. Namun, di balik kesibukannya tersebut, ada kebiasaan yang bisa kita tiru.
Dalam salah satu kontennya, Shafa menceritakan bagaimana membeli beras dengan membawa sebuah wadah yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Konten tersebut ramai dan ditonton lebih dari 400 ribu viewers. Hal tersebut mungkin terbilang sederhana, tetapi masih jarang orang menggunakan metode tersebut. Salah satu komentar konten tersebut mengatakan, “aku enggak bisa kayak gini repot bawanya soalnya kalau belanja sekalian banyak”. Ada juga yang mengatakan “aku juga kayak gini dan penjual seneng karena dari sekian pembeli, yang bawa tempat hanya dua orang.”
Bukan hanya membiasakan mengurangi penggunaan kantong plastik, Shafa juga memiliki kebiasaan lain dalam mengurangi sampah. Bahkan, semenjak SMP, Shafa sudah mulai membiasakan menggunakan pembalut kain dan tidak menggunakan barang-barang sekali pakai. “Aku mulai menggunakan pembalut kain dari SMP. Walaupun sekarang karena aku ngekos, aku pakainya pembalut sekali pakai. Tapi kalau di rumah aku pakainya pembalut kain. Karena kalau di kosan jemurannya sharing gitu, jadi aku enggak enak sama penghuni kos lainnya.”
Alasannya, Shafa tidak ingin di masa tuanya nanti atau saat ia memiliki anak, ia tidak ingin memiliki halaman yang kotor karena sampah yang berserakan dan tidak tertampung di tempatnya. Karena faktanya, apabila tukang sampah tidak mengangkut sampah selama tiga hari, tumpukan sampah sudah sangat menumpuk di depan rumahnya. “Karena hal itu aku jadi ngerasa keganggu. Apalagi nanti nanti nasib kita di 10 tahun ke depan. Jadi, aku enggak mau hal itu terjadi.”
Dari kebiasaan tersebut, ternyata memberi dampak positif pada Shafa. Secara psikologis, Shafa merasakan senang dan enjoy. “I did it. Aku merasa menang karena bisa ngalahin rasa egois aku. Karena sampah kan tanggung jawab kita. Kalau kita enggak bisa tanggung jawab sama sampah kita, berarti kita egois sama lingkungan kita, sama hewan-hewan yang ada, dan makhluk hidup lainnya.” Karena menurut Shafa, mengurangi ketergantungan pada plastik merupakan hal yang sulit dan complicated karena adanya rasa malas, lupa bawa, atau karena kerepotan. “Jadi kalau mau lakuin sesuatu bisa sedikit demi sedikit dulu, enggak usah pakai alesan.”
Selain itu, dampak kebiasaan yang Shafa lakukan ternyata tertular pada teman-temannya. Mereka mengikuti kebiasaan Shafa untuk mengumpulkan sampah dan mencucinya. Setelah sampah-sampah tersebut terkumpul, maka sampah tersebut akan dikirimkan ke bank sampah. Bank sampah yang Shafa gunakan biasanya adalah Waste for Changes.
Kebiasaan lain yang Shafa terapkan saat ini adalah mengurangi sampah pakaian. Saat ini, Shafa jarang melakukan pembelian pakaian baru. Ia akan membeli pakaian bila memang benar-benar diperlukan dan bisa ia pakai sampai beratus-ratus kali. “Jadi aku lebih mentingin kualitas daripada kuantitas. Bisa dibilang sekarang baju aku sedikit, yang penting bisa aku pakai berkali-kali. Jadi, sekarang aku enggak beli baju karena ikut-ikutan trend aja.” Menurutnya, limbah pakaian tersebut merupakan salah satu limbah yang sulit didaur ulang, maka Shafa meninggalkan kebiasaan membeli pakaian hanya karena mengikuti trend saja.
Shafa pun membagikan beberapa tips agar kita bisa mulai membangun kebiasaan mengurangi sampah, di antaranya kita bisa mulai menggunakan hal yang kita suka. “Misalnya, kita tau kalau bawa tumbler ke mana-mana itu ribet, tapi coba deh kita cari tumbler yang punya gagang dan desainnya kamu suka, kapasitas airnya juga bisa memenuhi kebutuhan kamu. Dari ketiga hal tersebut, kamu mulai bawa tumbler ke mana-mana, kamu bangga bawa tumbler ke mana-mana, sampai akhirnya kamu lupa untuk beli minuman kemasan karena kamu sudah terbiasa membawa air dari rumah.”
Tips yang kedua, yaitu beralih ke wadah-wadah untuk makanan, seperti membeli cup silikon yang bisa dikerutkan menjadi kecil apabila tidak digunakan. Intinya, untuk beralih memulai kebiasaan mengurangi sampah dapat dimulai dengan membeli tumbler atau wadah dengan desain yang disukai, penggunaannya yang efisien, serta kualitasnya yang bagus.
“Buanglah sampah pada tempatnya, tetapi bukan hanya sekadar buang sampah pada tempat sampah, kalau hanya dipahami seperti itu, halaman depan rumah kita bisa jadi TPS Bantar Gebang versi mini. Namun, bertanggung jawablah dengan sampah kita, sehingga yang dibuang ke tempat sambah adalah barang yang benar-benar tidak bisa dilakukan 3R lagi. Kalau tidak mau repot melakukan 3R, maka antisipasilah dengan membawa wadah sendiri saat mau jajan. Jika sulit membawa wadah, kamu bisa mencuci dan mengumpulkan sampahmu, lalu kirimkan ke bank sampah di kotamu. Pelan-pelan saja jika belum terbiasa, pasti bisa. Aku pun masih sering lupa atau kebablasan, tetapi ingat selalu untuk kembali ke track jaga lingkungan yang kita lakukan dari awal.”
No Comments