Global Kindness Challenge: Aksi Kebaikan dari India!

Suatu hari, saya pergi ke sebuah supermarket yang ada di dekat komplek perumahan saya. Dalam perjalanan menuju pintu, saya melihat seorang anak laki-laki, mungkin masih berusia lima atau enam tahun, hendak berjalan keluar dari supermarket. Layaknya orang dewasa, anak laki-laki tersebut langsung menyambar pintu dan membukakannya untuk saya, dan seorang bapak tua yang berjalan di belakang saya.

“Terima kasih, dek…” ujar saya kepadanya tersenyum.

“Sama-sama…” balasnya.

Saya dan bapak tua saling menatap dan tertawa. Di lingkungan saya, yang sudah bercampur dengan pendatang berpola hidup urban, cukup jarang saya temui kebaikan-kebaikan sederhana seperti ini. Apalagi yang datangnya dari anak kecil. Mengingat mungkin tingginya angka kriminalitas di kota, kebanyakan anak-anak takut berinteraksi dengan orang baru. Rata-rata karena orang tua mereka mengajarkannya. Tentunya hal ini tidak bisa disangkal, namun, anak yang waktu itu saya temui sepertinya sudah cukup bisa menjaga batasan dengan orang baru. Ia tetap berbuat baik selayaknya memang itu yang harus ia lakukan saat itu.

Mirisnya, jika Anda membaca tulisan ini dari daerah yang masih komunal, tentunya Anda akan tertawa. Sebab, inilah yang cukup umum terjadi di perkotaan. Kebaikan sederhana seolah menjadi “barang” langka untuk dijumpai. Meski pun demikian, kami menemukan ada banyak sekali orang-orang di luar sana yang sebenarnya memiliki niat untuk menyalurkan kebaikan mereka, hanya saja terkadang mereka butuh stimulus lebih banyak yang mendorong aksi mereka untuk menjadi konsisten.

Begitulah yang kami tangkap dari satu tahun belakangan ini berinteraksi dengan teman-teman relawan muda berusia 18 – 30 tahun di Indonesia. Melalui program tahunannya, SociopreneurID menyelenggarakan Empathy Project Virtual dengan mengumpulkan partisipasi baik dari relawan muda, relawan profesional, keterlibatan institusi pendidikan, bisnis, pemerintahan, dan organisasi masyarakat. Tahun ini, mengangkat tema The Story of Wellness, kami merangkul beragam keterlibatan dari berbagai pihak yang tetap berinisiatif dan mengambil langkah demi menciptakan harmonisasi dan berkontribusi untuk menyediakan solusi atas tantangan yang ada di sekitar kita.

Salah satu yang kami kembangkan dalam Empathy Project Virtual tahun ini adalah kolaborasi internasional. Juli lalu, kami telah menggandeng India dan Malaysia untuk melakukan hal yang sama sesuai dengan konteks yang ada di masing-masing negara. Pekan ini, kami berbagi cerita yang datang dari teman-teman kami di India, yang selama satu minggu menjalankan Kindness Challenge. Momen ini juga bertepatan dengan perayaan kemerdekaan India yang ke-75 tahun pada 15 Agustus 2021.

SociopreneurID bekerja sama dengan Yuvsatta Youth for Peace, sebuah komunitas yang bergerak secara massive untuk mengedarkan aksi-aksi kebaikan dan pesan-pesan perdamaian. Melalui Kindness Challenge, Pramod Sharma yang mewakili Yuvsatta Youth for Peace menggandeng keterlibatan tiga sekolah unggulan di India melalui: Monica Chawla dari St. Joseph Senior Secondary School, Chandigarh; Nidhi dari Carmel Convent School, Chandigarh; dan Seema Girdhar Government Model Senior Secondary School, Dhanas.

Sekolah tersebut mengerahkan guru-guru dan siswa/i untuk menjalankan aksi-aksi kebaikan sederhana terhitung dari tanggal 7 – 15 Agustus 2021. Keberagaman kebaikan yang telah disebarkan dilakukan oleh anak-anak muda melalui bantuan dari guru-gurunya. Kegiatan yang dilaksanakan beragam, mulai dari berbagi makanan untuk warga yang membutuhkan, distribusi masker kepada warga yang tidak memiliki akses, membagikan sapling tanaman dalam upaya penghijauan lingkungan, membuat pesan-pesan positif sederhana kepada sekitar dan membuat Wall of Kindness, masih banyak lagi hal lainnya.

Gerakan ini tidak menunggu pihak lain untuk turun tangan, ketiga sekolah ini langsung mengambil aksi sederhana yang mengupayakan dampak positif bagi siapa pun yang ada di sekitar mereka.

“The strength of kindness is infinite. An act of kindness actually means a selfless act. A random act of kindness can change the world…” Ujar Seema Girdhar.

Gerakan yang dilakukan oleh siswa/i di India memberikan saya insight baru tentang kebaikan. Barangkali ini juga diyakini oleh anak laki-laki yang saya jumpai di supermarket tersebut. Bahwa pada dasarnya setiap kebaikan yang kita lakukan, di mana pun kita, akan berdampak pada banyak orang. Setiap orang pun bisa menjadikannya kebiasaan jika mereka memilih untuk melakukan kebaikan secara sadar. Dan yang saya Yakini secara personal adalah kebaikan merupakan bahasa universal manusia. Siapa pun dan di mana pun Anda berada, Anda terlahir sebagai orang baik.

Maka dari itu, sudahkah Anda melakukan hal positif hari ini?

Spread the Kindness