Biyung Indonesia: Meningkatkan Wellness Melalui “Perempuan Bantu Perempuan”

Tahun lalu, di tengah kocar-kacirnya dunia menghadapi pandemi Covid-19, SociopreneurID meluncurkan sebuah program inkubasi daring bernama Virtual Lab. Berbekal keyakinan kami bahwa masih banyak inisiatif-inisiatif sosial yang dapat bergerak maju walau di tengah pasang surut sosial-ekonomi Indonesia. Virtual Lab kami jalankan selama enam bulan dimulai dari bulan Agustus 2020.

Melalui Virtual Lab-lah kami bertemu dengan Westiani Agustin, yang lebih akrab disapa Ani. Perempuan dengan ciri khas senang mengikat rambut dan menggunakan bandana ini merupakan salah satu inisiator sosial yang mendirikan Biyung Indonesia.

Biyung Indonesia merupakan inisiatif sosial yang bergerak untuk mengedukasi dan mengampanyekan Hak Hidup Sehat Perempuan & Lingkungan melalui aktivitas “Perempuan Bantu Perempuan.”

Mba Ani mendirikan Biyung Indonesia pada tahun 2016 di Bantul, Yogyakarta, sebagai upaya untuk menjawab tantangan sampah pembalut sekali pakai yang diproduksi menggunakan material yang mengandung zat kimia berbahaya bagi tubuh dan lingkungan, seperti dioxin, pemutih, pewangi, serta campuran plastik.

Dari hitungan kasar saja, jika ada sekitar tujuh puluh juta perempuan di Indonesia yang masih aktif menstruasi dan membutuhkan sekitar 20 lembar pembalut setiap bulannya, maka ada sekitar 1,4 Milyar lembar pembalut tersebar di daratan dan perairain Indonesia setiap bulannya! Sementara itu, Mba Ani menemukan fakta bahwa tiga perempat dari jumlah perempuan Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka menghadapi masalah seperti tak memiliki alternatif pengganti pembalut sekali pakai yang harganya terjangkau, mengalami gangguan kesehatan reproduksi, dan “terpaksa” menjadi kontributor penumpukan sampah pembalut sekali pakai baik di daratan dan perairan.

Melalui Biyung Indonesia, Mba Ani memperjuangkan Hak Hidup Sehat melalui program-program edukasi, memproduksi pembalut kain berikut dengan produk pendukung menstruasi sehat, dan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menjangkau lebih banyak lagi perempuan Indonesia.

Menempuh masa pandemi tahun lalu, Biyung Indonesia sempat mengalami fase turbulensi. “Secara signifikan, pandemi berdampak pada penurunan 70% penjualan kami. Re-seller Biyung Indonesia banyak yang tutup, bahkan gaji untuk empat orang tim inti kami harus mundur dan diangsur. Aktivitas workshop juga banyak yang harus dibatalkan. Saat awal pandemi, kami masih berada di Papua untuk workshop dengan perempuan di 3 kabupaten Papua, 1 kabupaten terpaksa dibatalkan dan kami dipulangkan. Padahal kami melakukan penggalangan dana selama 1 tahun untuk bisa berangkat ke Papua dan menyelenggarakan kegiatan tersebut.” Cerita Mba Ani kepada kami.

Tak butuh waktu lama bagi Mba Ani untuk melihat titik terang di balik kondisi tersebut. “Namun, kami dilihatkan juga betapa beruntungnya kami. Banyak kawan datang membantu, mendukung dan mengajak bekerja sama. Jadi merasa sangat beruntung ternyata kami masih punya privilege bisa survive di masa pandemi.”

“Hal ini mendorong kami untuk semakin menguatkan kampanye kami, karena perempuan yang mengalami period poverty pasti jauh lebih kesulitan di masa pandemi. Awal mula bangkit, kami memang sempat tergagap. Belajar lagi untuk beradaptasi dan memaksimalkan jaringan kerja dan teknologi komunikasi daring hari ini. Mengajak atau diajak kolaborasi untuk memperluas edukasi dan mengajak banyak pihak untuk mau terlibat dalam gerakan yang kami usung dengan tagline ‘Perempuan Bantu Perempuan Pakai Pembalut Kain.’” tambahnya.

Tak lama setelah itu, Mba Ani diajak bekerja sama dengan lembaga perempuan untuk melakukan tetap meneruskan misi sosial melalui penggalangan dana dan membagikan pembalut kain gratis di kampung-kampung area Yogyakarta. “Latar belakang aktivitas ini adalah karena bantuan-bantuan yang perempuan terima hanya berupa sembako. Penghasilan mereka saat ini bisa dibilang berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. Sementara kebutuhan rutin seperti membeli pembalut tidak pernah terpikirkan oleh pihak mana pun. Inilah yang membuat kami kembali bersemangat, bahwa kami tetap bisa meneruskan misi kami meski di tengah pandemi.”

Melalui gerakan Perempuan Bantu Perempuan, Mba Ani yakin, bahwa setiap perempuan memegang peran penting terciptanya harmoni sebab kekuatan terbesar dari gerakan ini adalah sesama perempuan saling bantu, saling mendukung dan saling menguatkan. Sesama perempuanlah yang paling memahami kebutuhan, kesulitan, kesedihan dan tantangan yang dihadapi.

“Gerakan ini akan lebih mudah dijalankan dan terwujud, jika kita fokus dengan memulainya dengan menguatkan perempuannya, bukan pada menuntut masalah di luar yang sangat kompleks dan di luar kapasitas kita. JIka kita sudah mempunyai pemahaman dan kesadaran yang sama, perempuan akan semakin kuat berjalan dan berjuang bersama untuk melakukan perubahan yang kita harapkan.” ujar Mba Ani.

Anda masih ingat tentang konsep wellness individual ke wellness sosial yang diceritakan oleh Pak Donni pada post sebelumnya? Melalui gerakan yang diusung, Mba Ani secara perlahan telah membuat perempuan-perempuan di sekitarnya berdayaguna, dimulai dari menyadari apa yang dapat dilakukan sendiri kemudian perlahan beralih kepada orang lain. Mba Ani mengajak setiap perempuan untuk mengambil bagian dalam gerakan ini melalui:

1. Berdaya dari diri sendiri dengan kenali dan cintai diri kita sebagai perempuan. Setiap perempuan adalah individu yang berharga dan punya hak untuk hidup damai dan sejahtera;

2. Peluk dan dukung selalu perempuan yang ada di sekitar kita, terutama perempuan yang membutuhkan (yang terdekat adalah Ibu kita)

3. Jika merasa cukup mampu, baik secara fisik dan mental, bisa terlbat dalam aktivitas-aktivitas yang mendukung isu perempuan, atau memulai inisiatif sederhana dan dekat dengan kita, membantu saudara, tetangga, teman atau komunitas perempuan, untuk memulai hal nomor 1 dan 2 juga.

Cara yang ditawarkan oleh Mba Ani tidak neko-neko, malah begitu aplikatif dan sederhana. Setiap perempuan pasti bisa melakukannya, dengan begitu wellness sosial akan kembali terwujud.

Sudah siap mewujudkannya? 😉

Spread the Kindness