Kerelawanan: Suka dan Rela!

“Zsssshhhhhh..” hujan deras mengguyur Kabupaten Tangerang dan sekitarnya. Petir turut bersahut-sahutan memecah suasana. Malam itu, delapan orang di balik layar Sociopreneur Indonesia terlihat sedang hiruk pikuk di depan layar laptop di rumah masing-masing. Rupanya mereka hendak menyambut teman-teman relawan di kegiatan Youth Volunteering Empathy Project Virtual 2021. Dalam hati, mereka hanya bisa berdoa, “Semoga sinyal internet kami tidak terbawa angin dan hujan petir..”

Acara temu perdana ini dimulai pukul 19:00, namun saat jarum panjang jam belum sampai di angka 12, sudah banyak teman-teman relawan yang mengantri masuk ke dalam Zoom. Waah, sepertinya teman-teman relawan sudah tidak sabar untuk mengikuti acara. Mereka berkumpul malam ini tak hanya untuk mengenal satu sama lain, tapi juga untuk memaknai peran mereka sebagai relawan muda yang mau berkontribusi untuk sesuatu yang lebih baik.

Perjumpaan malam itu diawali dengan hadirnya Kak Dessy di tengah teman-teman relawan. Founder dari Sociopreneur Indonesia ini berbagi sedikit pengalamannya menjadi seorang relawan. Perjalanan kerelawanan Kak Dessy dimulai sejak ia masih duduk di bangku perkuliahan. Saat itu, ia menjadi relawan gempa bumi di daerah Sumatera Barat. The rest is history! Berawal dari ikut-ikutan membuat survival kit untuk daerah terdampak gempa, Kak Dessy jadi nagih dan mendedikasikan waktunya selama kurang lebih 17 tahun, berkeliling ke banyak tempat dengan menjadi relawan. Selama Kak Dessy bersekolah di luar negeri, ia menjadi relawan profesional, mengikuti sejumlah aktivitas untuk memperjuangkan animal rights, menjadi relawan lingkungan dan bencana alam.

Lantas, apa yang membuat Kak Dessy setia menjadi seorang relawan?

“Volunteering itu sebenarnya tidak sulit kok,” ujarnya.

“Kalau kita bicara tentang kerelawanan, kita berbicara tentang melakukan sesuatu dan membuatnya menjadi lebih baik tanpa paksaan.” sambungnya lagi.

Dengan kata lain, menjadi relawan sebenarnya melatih diri kita untuk menjadi lebih baik setiap harinya, dimulai dari hal-hal yang sederhana. Anggukan dan senyuman mulai terpancar di wajah teman-teman relawan. Mereka terlihat memahami apa yang disampaikan oleh Kak Dessy. Bisa jadi juga mereka membayangkan ilustrasi kerelawanan yang sehari-hari sebenarnya sudah mereka lakukan, seperti membukakan pintu untuk orang lain, memberikan senyuman kepada orang yang berpapasan di jalan, menanyakan kabar sanak dan kerabat, memberi makan kucing liar di dekat rumah, dan masih banyak contoh-contoh sederhana lainnya.

Hujan masih mengguyur deras, namun pembicaraan malam itu berlangsung begitu hangat. Harapan kami, semoga kehangatan ini tidak berlangsung di Empathy Project saja, tapi nilai-nilai dan semangat kebaikannya dapat diteruskan oleh teman-teman relawan untuk bersama-sama membuat dunia menjadi lebih baik.

Spread the Kindness